cita – cita Dunia
hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin
berikut ini sekedar contoh citaelum cita-cita dunia,
1.
Memiliki
hati yang bersih (salimul aqidah). Karena ia merupakan modal segala modal
sebelum yang lainnya.
2.
Dapat
mampu beribadah dengan baik dan benar (shahibul ibadah) sebagai rasa syukur dan
membuka pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan yang lebih besar.
3.
Memiliki
penghasilan tang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan menghindarkan
diri dari kahinaan.
4.
Memiliki
pekerjaan dan dapat meningkatkan kulitas pekerjaan dan karir (‘amal) serta
penghasilan.
5.
Terjaga
kesehatan (qowiyul jism) sehingga bisa merasakan kenikmatan hidup. Karena
kesehatan merupakan harta yang tak ternilai harganya dan mahkota yang luuhur
derajatnya.
6.
Memiliki
peningkatan keuangan dan rasa aman (qodirun ‘ala kasb) dari tekanan hutang dan
penguasaan orang lain.
7.
Memiliki
kendaraan yang baik. “empat sebab kebahagiaan mukmin adalah rumah yang luas,
kendaraan yang lancar, lisan yang selalu bersyukur dan istri shalihah”.
8.
Memiliki
ketenangan jiwa, keteguhan hati dan kepercayaan diri (mati’nul khuluq) sehingga
dapat dengan tulus mempercayai orang lain dan mendapat kepercayaan yang baik.
9.
Dibebaskannya
hati dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan prasangka buruk.
Karena semua penyakit hati akan merusak tubuh, akal dan menghinakan pemiliknya
pada kenistaan.
10.
Bisa
diterima dalam pergaulan (akseptabilitas) karena diakui memiliki kepribadian
yang baik dan dapat bergaul dengan orang lain (ukhuwah).
11.
Kebahagiaan
dan kedamaian akal budi (akal sehat). Yakni terpeliharanya kehormatan akal,
pikiran, berkembangnya wawasan sehingga mampu menempatkan diri dengan pas di
ranah kehidupan. Ini dapat dicapai dengan pengembangan diri (taqwiimudz dzaat)
dan pendidikan diri (tarbiyah dzatiyah).
12.
Memiliki
kebebasan dalam menentukan sasaran dan arah hidup, serta keteraturan program
diri (munadzoman fi syu’nihi). Bebas mengaktualisasikan dirinya dan
mengekspresikan kepribadiannya dengan baik.
13.
Memiliki
kedisiplinan diri yang dapat diandalkan untuk meniti kesuksesan yang lebih
besar dan dapat menguasai diri (mujahiduna linafsi) dalam menghadapi masalah.
14.
Mendapat
limpahan cinta dan penghargaan dari orang sekelilingnya. Selalu dalam semangat
untuk mencintai dan dicintai.
15.
Memiliki
waktu-waktu untuk berkarya dan menuangkan gagasan menjadi amal unggulan
disertai rasa tanggung jawab (mas’uliyah) yang besar.
16.
Memiliki
jaringan luas dalam pergaulan, banyak memiliki kawan dan erat dalam
persahabatan.
17.
Memiliki
kedewasaan dalam menentukan peran dan memiliki kematangan secara alturistik
(bermanfaat bagi orang lain, naafi’un lighairi) dan menjadi tua secara mulus.
18.
Tulus
dalam berbagi, berbakti, mengabdi dan memberi sehingga hati benar-benar
memiliki kebaikan diri sebagai investasi dan tidak tamak dengan apa yang
dimiliki orang lain.
19.
Mampu
mengambil peluang-peluang kebaikan yang ada untuk meningkatkan kredit point di
hadapan Allah dan kewibawaan di hadapan manusia.
20.
Memiliki
kemampuan mengambil hikmah dan ibrah dari setiap peristiwa serta dapat
mengaitkan hidup dengan kematian. Ini akan meneguhkan prinsip, membuka
ketenangan bathin, kebenaran jiwa dan menghasilkan kebesaran cita-cita.
21.
Menjadi
pribadi penting yang excellent, dibutuhkan dan diperhitungkan untuk berperan.
Tetapi juga siap menerima orang lain untuk memimpin dan dipimpin. Inilah makna
hikmah “tawadhu’ terhadap kebenaran”.
22.
Mampu
berjihad di jalan Allah dengan segenap potensi yang dimilikinya sehingga dapat
hidup bahagia dengan apa yang ada dan dapat meraih husnul khatimah di akhirnya.
Syahid di jalan Allah.
Itulah beberapa
contoh sederhana cita-cita penulis paparkan.
Raih cita-cita
akhirat
“kini jiwa ini
merindukan surga...”
(umar bin abdul
aziz)
Setiap manusia
akan di bangkitkan berdasarkan amal di akhir hayatnya, “innamal a’malu bilkhawaatimi....”sesungguhnya
amal seseorang itu dilihat pada akhirnya”.
Lalu , apa
cita-cita akhirat yang bisa kita rintis?
Berikut contoh obsesi yang mestinya kita miliki:
Fokuskan diri
untuk meraih cita
Sering saya
teringat nasyid dari The dzikir, judulnya diantara dua cinta. Syairnya begini
nich :
Apa yang ada jarang di syukuri
Apa yang tiada sering di
risaukan
Dunia ibarat air laut
Diminum hanya menambah haus...
No comments:
Post a Comment