BERANDA

Monday, February 16, 2015

Resume Kepemimpinan dalam Pendidikan


IDENTITAS BUKU
Judul                             : Kepemimpinan Pendidikan
Pengarang                     : Rohmat, M. Ag, M. Pd
Penerbit                         : Cahaya Ilmu
Tahun Terbit, Cetakan  : 2010, Cetakan I
Tebal Buku                   : 161 Halaman

BAB I
TEORI KEPEMIMPINAN
Menurut Fleishmen, Halpin, dan Winer, Hempil, dan Trons, para pengikut memandang perilaku atasnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu “consideration” dan “Initiating Structure”. Consideration merupakan perilaku pemimpin yang ramah dan mendukung, memperhatikan pengikut serta memperhatikan kesejahteraan mereka. Sedangkan dalam perspektif “Initiating Structure”, struktur memprakarsai adalah perilaku pemimpin yang menentukan dan menstruktur perannya sendiri dan peran dari pengikut ke arah pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok.
Persyaratan ideal bagi pemimpin menurut George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut:
1.      Mental dan fisik yang enenrgik
2.      Emosi yang stabil
3.      Pengethauan human relation yang baik
4.      Motivasi personal yang baik
5.      Cakap berkomunikasi
6.      Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
7.      Ahli dalam bidang sosial.
Perubahan  kepemimpinan dari instruktif menjadi motivator penting untuk dilakukan, perubahan pemimpin demikian menuntut sebuah konsekuensi sikap yang mendasar. Pemimpin yang menjadikan dirinya sebagai motivator adalah pemimpin yang memiliki good character. Perilaku kepemimpinan yang memotivasi bawahan akan mendasar bahwa kepentingan organisasi sebagai kepentingan bersama.
Terdapat beberapa model dalam teori kepemimpinan yang mendasarkan pada tipologi pemimpin. Karakter pemimpin dapat dikaji melalui multi perspektif yaitu meliputi perilaku mendasar yang telah dimiliki oleh pemimpin yang akhirnya melahirkan teori perilaku maupun yang didasarkan pada kualitas pribadi pada konteks situasi tertentu dan akhirnya melahirkan teori situasional.
1.      Teori Perilaku
Secara garis besar studi tentang kepemimpinan dibedakan menjadi tiga pendekatan utama yaitu 1) pendekatan sifat, mendasarkan pada sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Kepemimpinan dipandang sebagain sesuatu yang banyak mengandung unsur individu. 2) pendekatan perilaku, studi ini menfokuskan pada perilaku yang spesifik dari pemimpin dalam rangka aktifitas untuk mempengaruhi para pengikut. Adapun beberapa studi pendekatan perilaku antara lain: Study kepemimpina universitas Ohio, penelitian ini mendapat gambaran tentang dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuat inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration). Studi kepemimpinan Universitas Michingan, penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yang disebut orientasi pengikut dan produksi.
2.      Teori situasional
Pendekatan situasional, kepemimpinan lebih menekankan pada fungsi situasi dari pada kualitas pribadi, dan merupakan kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Adapun beberapa studi kepemimpinan dengan pendekatan situasional adalah: teori kepemimpinan kontingensi, menyebutkan bahwa seorang menjadi pemimpin bukan hanya faktor kepribadian tetapi faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Teori kepemimpinan tiga dimensi, menganggap bahwa terdapat tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan yaitu perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektifitas.

BAB II
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Kepemimpinan dan manajemen adalah dua konsepsi yang berbeda. Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang komplek yang teridiri dari orang dan teknologi yang berjalan secara perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing, staffing, pengawasan, dan pemecahan masalah.
Kepemimpinan adalah seperangkan proses untuk menciptakan organisasi ditempat pertama atau mengadaptasikannya pada lingkungan yang berubah secara signifikan. Kepemimpinan melakukan proyeksi seperti apakah masa depan yang direncanakan, membimbing personel organisasi sesuai dengan visi, dan memberi inspirasi kepada semua personel sekolah dalam merealisasikan visi.
Tugas manajer yaitu melakukan sesuatu dengan benar, menyukai efisiensi, menjalankan dan memelihara efektivitas, fokus pada sistem dan stuktur, tergantung pengawaasan, organisasi dan staf, menekankan taktik, struktur dan sistem, penekanan pada jangka pendek, menekankan pada bagaimana dan kapan, menerima status quo, fokus pada sekarang, memandang ada yang sekarang, mengembangkan tahapan secara detail dan terjadwal, mencari hal yang bisa diprediksi dan keteraturan, manajer menghindari resiko, memotivasi orang dan menuruti standar kerja yang telah ada, mempengaruhi para bawahan, memerlukan orang lain untuk menuruti, melaksanakan secara organisasional aturan-aturan, kebijakan dan prosedur, dan memberikan jabatan.
Tugas leader yaitu melakukan hal yang benar, menyukai keefektifan, mengembangkan aktivitas, fokus pada orang, tergantung kepercayaan, memimpin orang dengan arahan, menekankan filosofi, nilai-nilai kebaikan, dan tujuan, penekanan pada jangka panjang, menekankan pada apa dan bagaimana, menolak status quo, fokus pada masa depan, memandang jauh ke depan, mengembangkan visi dan strategi, mencari perubahan, mengambil resiko, memotivasi orang untuk berubah, mempengaruhi secara hubungan perseorangan, menjadikan orang lain mengikuti, menjalankan sesuatu tidak secara organisasional, aturan kebijakan, dan prosedur, dan inisiatif pemimpin.
Burt Nanus menggambarkan visi sebagai strategi idealisasi masa depan yang menarik, bagi suatu institusi (Organization). Ide dan kreatifitas pemimpin memberi kekuatan dalam mempengaruhi budaya organisasi masa depan dan dapat ditempuh melalui skills (keteramplan), bakat (talents), dan sumber daya (resources) yang menjadikan nyata dan menunjukkan jalan bagi semua yang ingin memahami seperti apa institusi dan mau dibawa kemana arah institusi.
Pandangan perilaku budaya organisasi sebagaimana disebtu Bolman dan Deal sebagai “bingkai sumber daya manusia”yang pertama kali berbeda dengan model rasional dengan menekankan sisi manusia pada organisasi, dan menolak perspektif bahwa perilaku kepemimpinan didasarkan pada kebutuhan hidup pribadi,keinginan, nilai-nilai, keterampilan, dan seterusnya.
Rasionalitas dalam pendidikan sebagai suatu model terdiri dari dua segmen yaitu 1) rasioanalitas sebagai permasalahan ilmu pengetahuan, dan 2) rasionalitas sebagai permasalahan kepentingan dan nilai.

BAB III
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan pemimpin pendidikan dalam mempengaruhi guru, staf administrasi dan siswa dalam mencapi tujuan pendidikan serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki pendidikan.
Perilaku pemimpin pendidikan menjadi suri tauladan bagi semua personel pendidikan yang pada akhirnya dapat tercipta budaya pendidikan yang lebih maju. Pencipttpuaan budaya belajr dapat dimulai dari transformasi kepemimpinan pendidikan. Implikasi lebih jauh, transformasi kepemimpinan pendidikan dengan mengikuti paradigma baru yang lebih berorientasi pada pemberdayaaan personel sekolah akan membawa dampak perubahan yang sangat signifikan terhadap mutu output pendidikan.

BAB IV
GAYA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Gaya kepemimpinan diantaranya 1) gaya kepemimpinan transformatif yaitu gaya kepemimpinan pendidikan lebih terlihat pada pola-pola yang dikembangkan dalam berbagai kenijakan yang ditempuhnya dalam menjalankan kepemimpinan. Berbagai bentuk gaya kepemimpinan tersebut terimplementasi dalam melakukan semua kebijakan pendidikan yang meliputi pengadaan pembinaan terhadap semua personel pendidikan, pelaksanaan program-program pendidikan, serta berbagai bentuk realisasi program itu sendiri.
2) gaya kepemimpinan partisipatif atau disebut dengan gaya kepemimpinan demokratik merupakan gaya kepemimpinanyang menitikberatkan pada usaha seorang pemimpin dalam melibatkan partisipasipara pengikutnya dalam setiap pengambilan keputusan. Dampak positif yang ditimbulkan dari gaya kepemimpinan partisipatif, para prngikut memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap pencapaian tujuan organisasi karena keterlibatannya dalam pengambilan keputusan. Pemimpin partisipatif akan lebih merasa diuntungkan dalam menjalankan semua rencana (planning) yang telah ditetapkan, hal ini karena ditopang dari kinerja para pengikutnya. Pemimpin partisipatif memandang peran dirinya selaku koordinator dan intergrator terhadap berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga terjadi kinerja yang sinergis dalam memcapai komitmen bersama.
3) gaya kepemimpinan otokratik, pada gaya kepemimpinan ini menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan mengesampingkan partisipasi dan daya kreatif para pengikut. Gaya kepemimpinan pendidikan yang otokratik sanagat mengesampingkan kemampuan guru, siswa dan staf administrasi dalam setiap kebijakan yang ditempuhnya. Pemimpin yang bergaya otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang bertujuan pada pembenaran segala tindakan yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan.
Pemimpin yang bergaya otokratik mempunyai berbagai sikap antara lain: a) memperlakukan para pengikut sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, sehingga kurang menghargai harkat dan martabat mereka. b) mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaiaan tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para pengikut. c) mengabaikan peranan para pengikut dalam proses pengambilan keputusan.
 4) gaya kepemimpinan laissez faire, karakteristik utamanya yaitu persepsi tentang peranan, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam hubungannya denga para pengikut, perilaku organisasi dan gaya kepemimpinan yang biasa digunakan. Seorang pemimpin, hanya berkisar seputar pandangan dirinya yang menganggap bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya.para anggota organisasi terdiri daari orang-orang yang telah mampu mengetahui apa yang menjadi tugas organisasi, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, tugas apa yang harus diuraikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu terlalu sering melakukan intervensi dalam organisasi

BAB V
TUGAS DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai manajer adalah tidak lepas dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota oragnisasi serta memberdayakan sumber daya yang telah tersedia secara optimal guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai leader, lebih mengarah pada pola penyadaran bagi personel pendidikan, sebagi penentu visi dan misi pendidikan, membimbing, koordinasi kegiatan, dan pembinaan bagi personel pendidikan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai educator lebi banyak pada tugas pemimpin sebagai figur yang menjadi panutan para pengikut.
Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut : mengambil keputusan, mengembangkan informasi, memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota, memberi dorongan dan semangat pada anggota, bertanggung jawab atas semua aktivitas kegiatan, melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan, dan memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi.
Tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Yang berkaitan dengan kerja daintaranya mengambil inisiatif, mengatur langkah dan arah, memberikan informasi, memberikan dukungan, memberi pemikiran, dan mengambil suatu kesimpulan. b. Yang berkaitan dengan kekompakan anggota diantaranya mendorong, bersahabat, bersikap menerima, mngungkapkan perasaan, bersikap mendamaikan, berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat, memperlancar pelaksanaan tugas dan memberikan aturan main.
BAB VI
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA ORGANISASI
Atribut organisasi yang diperlukan untuk mengembangkan kepemimpinan diperlukan untuk membudayakan personel organisasi. Organisasi yang banyak melakukan pendelegasian kekuasaan kepada tingkat yang lebih rendah, memiliki keunggulan dalam melakukan manajemen. Sehingga personel organisasi diberdayakan menangani tanggung jawab dengan baik.
Penciptaan budaya organisasi adalah merupakan sebuah latihan dalam transformasi kepemimpinan pendidikan melalui meningkatkan urgensi pengembangan organisasi, menciptakan koalisi pemandu, dan seterusnya.
Sacrameto menggambarkan relasi kepemimpinan, pembelajaran dan pengajaran adalah menjadi keterkaitan antara kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang leader dalam institusi pendidikan maupun guru sebagai leader bagi anak didiknya.
Organisasi belajar adalah bagaimana individu belajar. Kim menunjukkan definisi belajar yaitu memperoleh pengetahuan atau keterampilan.
Efek kepemimpinan terhadap organisasi belajar secara tidak langsung berpengaruh terhadap personel sekolah, struktur, dan proses pendidikan. Perubahan dalam kemampuan akademik, mengacu pada perubahan dalam kondisi pendidikan yang mendukung penyediaan pengajaran dan pembelajaran yang efektif dan memungkinkan pembelajaran efektif. Perubahan dalam kapasitas akademik secara langsung dan secara signifikan berkaitan dengan (a) pertumbuhan belajar siswa dan (b) persepsi siswa. Perubahan dalam kepemimpinan pendidikan akan tergantung pada komposisi dan pemimpin pendidikan serta stabilitas siswa.
BAB VII
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Efektivitas kepemimpinan pendidikan lebih didasarkan pada efektivitas pembelajaran yang dilakukan sekolah. Faktor utama maju atau tidaknya sekolah lebih mendasarkan pada prestasi akademik dan non akademik yang telah dicapai oleh sekolah. Salah satu kriteria kepemimpinan pendidikan efektif jika telah terjadi pemberdayaan guru untuk melakukan proses pembelajaran yang baik.

Secara garis besar efektivitas kepemimpinan pendidikan dapat diukur apabila dapat mewujudkan berbagai hal berikut: 1) kepemimpinan berorientasi pada personel pendidikan (guru, staf, administrasi, dan siswa). (2) komitmen pada personel pendidikan dalam mencapai tujuanpendidikan. (3) adanya perkembangan yang konstruktif dalam personel pendidikan. (4) kinerja personel pendidikan yang cukup tinggi. (5) kesiapan pendidikan dalam menghadapi tuntutan perubahan. (6) adanya kepuasan personel pendidikan terhadap kepemimpinan pemimpin pendidikan. (7) pengembangan SDM guru, dan staf administrasi. (8) peningkatan kreatifitas personel pendidikan.dan  (9) pemberian perhatian yang tinggi terhadap para personel pendidikan.

No comments:

Post a Comment