BERANDA

Monday, September 25, 2017

MAKALAH USHUL HADITS : Cara sahabat memperoleh sunnah Rasul



CARA SAHABAT MEMPEROLEH SUNNAH DARI RASUL
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi  Mata Kuliah Ulumul Hadits





Disusun Oleh:
1.      Fauzul Murtafi’ah
2.      Muna Inas Mabruroh

               Semester IA




MA’HAD ALY WAHID HASYIM YOGYAKARTA
 YAYASAN PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM
2017

Bagaimana sahabat memperoleh sunnah dari rasul?
Iman selalu menyertai kaum muslimin dalam bersahabat dengan Rasul saw dan menyinari jalan mereka. Sehingga mereka mengerti keagungan Islam. Mereka terpuruk dihadapan Al-Quran Al-Karim. Itulah penopang yang tidak bisa dipungkiri, setelah mereka menyaksikan mukjizat agung dan hidayah di dalamnya. Hati mereka dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka mati-matian mengamankan prinsip dan melindungi penuntun dan pengajar mereka. Sampai-sampai ada yang rela mengorbankan harta, darah, dan anaknya. Telah bergerak seluruh daya alamiah meraka, keutamaan-keutamaan karakter mereka dan semangat berkorban mereka untuk menjaga dan menyebarkan Islam. Dan sejarah telah mencatat bagi kita tentang pengorbanan besar yang langka yang patut di banggakan. Dengan semangat luhur dan berkobar inilah mereka memperoleh ilmu dari Rasulullah Saw.
Cara sahabat memperoleh sunnah dari Rasul Saw dapat saya ringkas sebagai berikut:
1.      Majlis- Majlis Rasul Saw
Seluruh majlis Rasul Saw merupakan majlis ilmu dan fungsi lainnya. Seperti pernah saya jelaskan, bahwa Rasul Saw memberikan waktu-waktu khusus untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat. Para sahabat juga sangat antusias menghadiri majis-majlis beliau itu, disamping melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti berdagang dan lain-lain. Kadang-kadang yang ada berhalangan datang. Lalu mereka bergantian datang ke majlis Rasul Saw seperti yang dilakukan Umar ra yang berkata: “Aku dan seorang tetangga Ansor tinggal di wilayah Bani Umayyah bin Zaid, yaitu wilayah perbukitan di Madinah. Karena itu, kami bergantian mendatangi majlis Rasul Saw. Suatu hari dia yang datang dan di hari lain aku yang datang. Bila aku mendatangi majlis Rasul Saw maka kedatanganku membawa berita hari itu, baik berkenaan dengan wahyu maupun yang lain. Dan bila dia yang datang, maka dia melakukan hal yang sama.”
Para sahabat juga mempelajari ulang apa yang mereka dengar dari Rasul Saw. Dalam hal ini, Anas bin Malik berkata: kami berada di sisi Rasul Saw lalu kami dengar hadits dari beliau. Bila kami telah beranjak, maka kami akan mempelajarinya kembali diantara kami sehingga bisa mengahafalnya.
Disamping itu, ada sebagian yang sengaja menghafal hadits dan mengulang-ulanginya. Salah satu buktinya adalah riwayat Al-Khathib Al-Baghdadiy dari Abu Hurairah r.a bahwa beliau berkata: “saya membagi waktu malam menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk sholat, sepertiga untuk tidur dan sepertiga lagi untuk mempelajari kembali hadits Rasul Saw.”
2.      Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri Rasul Saw
Berkenaan dengan hal ini, beliau menjelaskan hukumnya dan kemudian hukum itu tersebar dikalangan muslimin lantaran orang-orang yang mendengarnya dari beliau. Kadang-kadang yang mendengar jumlahnya banyak sehingga memungkinkan hukum itu tersebar dengan cepat. Tetapi kadang-kadang jumlah mereka sedikit, sehingga Rasul Saw perlu mengirimkan orang yang menginformasikan hukum itu dikalangan masyarakat.
Sebagai contoh adalah riwayat Abu Hurairah r.a bahwa Rasul Saw melewati seseorang yang menjual makanan. Beliau menanyakan bagaimana ia menjualnya. Ia pun memberitahukan hal itu kepada beliau. Kemudian beliau mendapatkan wahyu, agar beliau memasukkan tangan ke dalam tumpukan makanan itu. Ternyata bagian dalam makanan itu basah. Maka Rasul Saw bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مِنْ غِشٍّ
Artinya: tidak termasuk golongan kami, orang yang menipu.
Kadang-kadang Rasul Saw melihat atau mendengar seorang sahabat melakukan kesalahan. Kemudian beliau meluruskan kesalahannya dan menunjukkannya kepada yang benar.
3.      Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum Muslimin
Berkenaan dengan hal ini, mereka menanyakan kepada Rasul Saw Beliau kemudian memberikan fatwa dan memberikan jawabannya kepada mereka, menjelaskan hukum yang mereka tanyakan. Diantara sekian peristiwa ada yang berkaitan dengan masalah-masalah pribadi penanya dan ada yang berkaitan dengan masalah orang lain. Semua merupakan persoalan yang terjadi dikalangan masyarakat luas. Kita bisa melihat, sahabat tidak merasa malu sedikitpun untuk menanyakan hal-hal tersebut. Mereka justru bergegas datang kepada Rasul Saw. Hal itu mereka lakukan agar mereka dapat mengetahui hakikatnya yang membuat hati mereka tenang dan dada mereka sejuk. Kadang-kadang yang merasa enggan dan lalu menanyakan persoalannya kepada Rasul Saw, tetapi sahabat lain memaksanya untuk bertanya kepada beliau.
Kaum Muslimin menanyakan berbagai persoalan dan keadaan mereka kepada Rasul Saw. Tak ada penghalang dan tak ada halangan bagi mereka untuk itu. Karena itu, kita bisa menyaksikan seorang Arab pedalaman yang datang dari jauh bertanya kepada beliau, seperti halnya sahabat yang selalu dekat dengan beliau bertanya. Semuanya menghendaki kebenaran.
Para sahabat yang menanyakan segala persoalan pribadi atau persoalan keluarga mereka juga tidak menutup-nutupi keluarga pertanyaan Nabi Saw tentang muamalah, ibadah, aqidah dan persoalan-persoalan mereka lainnya. Bahkan ada sebagian yang bilang suatu berita tentang Rasul Saw tergoboh-goboh datang lagi menghadap beliau untuk menanyakan kejelasannya dan menambah pengetahuannya.
Sayidah Aisyah r.a sendiri bila mendengar sesuatu yang tidak di pahaminya, pasti menanyakan kembali kepada Rasul Saw sehingga benar-benar mengerti maksutnya. Begitu pula yang dilakukan oleh sebagian besar kaum Muslimin Muslimat kala itu.
Kadang-kadang ada dua pihak bertikai mengenai suatu masalah atau bersilang pendapat tentang suatu hukum. Maka keduanya segera menghadap Rasul Saw untuk meminta penegasan dan penjelasan yang sebenarnya.
Jawaban-jawaban, fatwa-fatwa dan persoalan-persoalan menjadi materi yang besar dalam beragam bab kitab-kitab sunnah. Bahkan semua itu merupakan materi terbesar berkenaan dengan sunnah Rasul Saw. Peristiwa-peristiwa itu sungguh sulit dilupakan oleh orang yang mengalami sendiri dan kemudian menanyakan kepada Rasul Saw karena merupakan bagian kehidupan penanya, bahkan kadang merupakan peristiwa unik sepanjang hidupnya.
4.      Berbagai peristiwa dan kejadian yang di saksikan oleh sahabat, bagaimana Rasul Saw melaksanakannya.
Jenis ini sangat banyak jumlahnya, misalnya tentang sholat, puasa, haji, saat berpergian, saat di rumah dan hal-hal lain yang beliau kerjakan. Mereka kemudian memindahkan kepada tabi’in yang kemudian juga menyampaikannya kepada generasi sesudah mereka. Semua itu membentuk sejumlah besar materi sunnah, khususnya berkenaan dengan bimbingan beliau mengenai ibadah dan muamalah serta jejak beliau. Sebagai contoh riwayat Abdullah bin Umar, bahwa beliau melihat Rasul Saw, Abu Bakar dan Umar berjalan di depan jenazah. Contoh lainnya adalah riwayat Ali bin Abi Thalib yang berkata: “Sabda akhir Rasul Saw adalah:
اَلصَّلَاةُ, اَلصَّلَاةُ, اِتَّقُوْاللهَ فِيْمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ
(Perhatikanlah) salat (kalian). Bertakwalah kepada Allah dalam hal budak-budak yang kalian miliki.
Dari uraian di atas, dapatlah kami tegaskan – dan kami merasa mantap dan tenang – bahwa Sunnah pada masa Rasul Saw juga dihafal oleh para sahabat, berdampingan dengan hafalan mereka terhadap Al-Quran. Meskipun jumlah yang dihafal oleh satu sahabat berbeda dengan jumlah yang dihafal oleh sahabat lain. Ada diantara mereka yang “al-muktsir” (yang terlalu banyak) menghafalnya, ada yang “al-muqill” (yang terlalu sedikit). Oleh karena itu, kami tegaskan bahwa mereka telah bergumul dengan sunnah dan menghafalnya dengan cara yang sangat baik serta menyampaikannya kepada generasi sesudah mereka, yaitu tabi’in.
Dengan demikian tidak terbayangkan semua sahabat mengabaikan sebagian sunnah, setelah kita menyaksikan sejauh mana perhatian mereka, antusias mereka, metode yang tempuh Rosul Saw dalam memberikan pengajaran kepada mereka dan cara-cara mereka mendapatkannya. Sunggun tak terbayangkan mereka semua mengabaikan sebagian sunnah Rasul Saw karena mereka selalu dekat dengan beliau, selama lebih dari 20 tahun, sebelum dan sesudah hijarah. Mereka menghafal dari beliau sabda-sabda dan perbuatan-perbuatan beliau, bahkan tidur dan jaga, gerak dan diam, umbaran dan larangan, cara bicara, makan dan minum, cara bergaul dengan keluarga, cara mendidik pekerti luhur, surat-surat kepada kaum Muslimin dan Musyrikin, janji-janji dan akad-akad, lirikan, pernafasan, dan segala sifat beliau. Ini selain hukum-hukum syariat yang mereka hafal dari beliau dan selain ibadah, halal dan haram yang mereka tanyakan kepada beliau atau yang mereka laporkan dari beliau. Para ahli hadits meriwayatkan semua itu dengan sangat teliti dan dapat dipertanggungjawabkan.[1]



       [1] Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits (Pokok-Pokok Ilmu Hadits), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 57-60.

No comments:

Post a Comment