CARA SAHABAT MEMPEROLEH SUNNAH DARI RASUL
Makalah ini
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Ulumul
Hadits
Disusun Oleh:
1.
Fauzul Murtafi’ah
2.
Muna Inas Mabruroh
Semester IA
MA’HAD ALY WAHID HASYIM YOGYAKARTA
YAYASAN PONDOK PESANTREN
WAHID HASYIM
2017
Bagaimana
sahabat memperoleh sunnah dari rasul?
Iman selalu menyertai kaum muslimin dalam bersahabat dengan Rasul
saw dan menyinari jalan mereka. Sehingga mereka mengerti keagungan
Islam. Mereka terpuruk dihadapan Al-Quran Al-Karim. Itulah penopang yang tidak
bisa dipungkiri, setelah mereka menyaksikan mukjizat agung dan hidayah di
dalamnya. Hati mereka dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
mati-matian mengamankan prinsip dan melindungi penuntun dan pengajar mereka.
Sampai-sampai ada yang rela mengorbankan harta, darah, dan anaknya. Telah
bergerak seluruh daya alamiah meraka, keutamaan-keutamaan karakter mereka dan
semangat berkorban mereka untuk menjaga dan menyebarkan Islam. Dan sejarah
telah mencatat bagi kita tentang pengorbanan besar yang langka yang patut
di banggakan. Dengan semangat luhur dan berkobar inilah mereka memperoleh ilmu
dari Rasulullah Saw.
Cara sahabat memperoleh sunnah dari Rasul Saw dapat saya ringkas
sebagai berikut:
1.
Majlis-
Majlis Rasul Saw
Seluruh majlis Rasul Saw merupakan majlis ilmu dan fungsi lainnya.
Seperti pernah saya jelaskan, bahwa Rasul Saw memberikan waktu-waktu khusus
untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat. Para sahabat juga sangat
antusias menghadiri majis-majlis beliau itu, disamping melakukan usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti berdagang dan lain-lain. Kadang-kadang
yang ada berhalangan datang. Lalu mereka bergantian datang ke majlis Rasul Saw
seperti yang dilakukan Umar ra yang berkata: “Aku dan seorang tetangga Ansor
tinggal di wilayah Bani Umayyah bin Zaid, yaitu wilayah perbukitan di Madinah.
Karena itu, kami bergantian mendatangi majlis Rasul Saw. Suatu hari dia yang
datang dan di hari lain aku yang datang. Bila aku mendatangi majlis Rasul Saw
maka kedatanganku membawa berita hari itu, baik berkenaan dengan wahyu maupun
yang lain. Dan bila dia yang datang, maka dia melakukan hal yang sama.”
Para sahabat juga mempelajari ulang apa yang
mereka dengar dari Rasul Saw. Dalam hal ini, Anas bin Malik berkata: kami berada
di sisi Rasul Saw lalu kami dengar hadits dari beliau. Bila kami telah
beranjak, maka kami akan mempelajarinya kembali diantara kami sehingga bisa
mengahafalnya.
Disamping itu, ada sebagian yang sengaja
menghafal hadits dan mengulang-ulanginya. Salah satu buktinya adalah riwayat
Al-Khathib Al-Baghdadiy dari Abu Hurairah r.a bahwa beliau berkata: “saya
membagi waktu malam menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk sholat, sepertiga
untuk tidur dan sepertiga lagi untuk mempelajari kembali hadits Rasul Saw.”
2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri Rasul Saw
Berkenaan dengan hal ini, beliau menjelaskan
hukumnya dan kemudian hukum itu tersebar dikalangan muslimin lantaran
orang-orang yang mendengarnya dari beliau. Kadang-kadang yang mendengar
jumlahnya banyak sehingga memungkinkan hukum itu tersebar dengan cepat. Tetapi
kadang-kadang jumlah mereka sedikit, sehingga Rasul Saw perlu mengirimkan orang
yang menginformasikan hukum itu dikalangan masyarakat.
Sebagai contoh adalah riwayat Abu Hurairah r.a
bahwa Rasul Saw melewati seseorang yang menjual makanan. Beliau menanyakan
bagaimana ia menjualnya. Ia pun memberitahukan hal itu kepada beliau. Kemudian
beliau mendapatkan wahyu, agar beliau memasukkan tangan ke dalam tumpukan
makanan itu. Ternyata bagian dalam makanan itu basah. Maka Rasul Saw bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مِنْ غِشٍّ
Artinya: tidak termasuk golongan
kami, orang yang menipu.
Kadang-kadang Rasul
Saw melihat atau mendengar seorang sahabat melakukan kesalahan. Kemudian beliau
meluruskan kesalahannya dan menunjukkannya kepada yang benar.
3.
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada kaum Muslimin
Berkenaan dengan hal
ini, mereka menanyakan kepada Rasul Saw Beliau kemudian
memberikan fatwa dan memberikan jawabannya kepada mereka, menjelaskan hukum
yang mereka tanyakan. Diantara sekian peristiwa ada yang berkaitan dengan
masalah-masalah pribadi penanya dan ada yang berkaitan dengan masalah orang
lain. Semua merupakan persoalan yang terjadi dikalangan masyarakat luas. Kita
bisa melihat, sahabat tidak merasa malu sedikitpun untuk menanyakan hal-hal
tersebut. Mereka justru bergegas datang kepada Rasul Saw. Hal itu mereka
lakukan agar mereka dapat mengetahui hakikatnya yang membuat hati mereka tenang
dan dada mereka sejuk. Kadang-kadang yang merasa enggan dan lalu menanyakan
persoalannya kepada Rasul Saw, tetapi sahabat lain memaksanya untuk bertanya
kepada beliau.
Kaum Muslimin
menanyakan berbagai persoalan dan keadaan mereka kepada Rasul Saw. Tak ada
penghalang dan tak ada halangan bagi mereka untuk itu. Karena itu, kita bisa
menyaksikan seorang Arab pedalaman yang datang dari jauh bertanya kepada
beliau, seperti halnya sahabat yang selalu dekat dengan beliau bertanya.
Semuanya menghendaki kebenaran.
Para sahabat yang
menanyakan segala persoalan pribadi atau persoalan keluarga mereka juga tidak
menutup-nutupi keluarga pertanyaan Nabi Saw tentang muamalah, ibadah, aqidah
dan persoalan-persoalan mereka lainnya. Bahkan ada sebagian yang bilang suatu
berita tentang Rasul Saw tergoboh-goboh datang lagi menghadap beliau untuk
menanyakan kejelasannya dan menambah pengetahuannya.
Sayidah Aisyah r.a
sendiri bila mendengar sesuatu yang tidak di pahaminya, pasti menanyakan
kembali kepada Rasul Saw sehingga benar-benar mengerti maksutnya. Begitu pula
yang dilakukan oleh sebagian besar kaum Muslimin Muslimat kala itu.
Kadang-kadang ada dua
pihak bertikai mengenai suatu masalah atau bersilang pendapat tentang suatu
hukum. Maka keduanya segera menghadap Rasul Saw untuk meminta penegasan dan
penjelasan yang sebenarnya.
Jawaban-jawaban,
fatwa-fatwa dan persoalan-persoalan menjadi materi yang besar dalam beragam bab
kitab-kitab sunnah. Bahkan semua itu merupakan materi terbesar berkenaan dengan
sunnah Rasul Saw. Peristiwa-peristiwa itu sungguh sulit dilupakan oleh orang
yang mengalami sendiri dan kemudian menanyakan kepada Rasul Saw karena
merupakan bagian kehidupan penanya, bahkan kadang merupakan peristiwa unik
sepanjang hidupnya.
4.
Berbagai peristiwa dan
kejadian yang di saksikan oleh sahabat, bagaimana Rasul Saw melaksanakannya.
Jenis ini sangat
banyak jumlahnya, misalnya tentang sholat, puasa, haji, saat berpergian, saat
di rumah dan hal-hal lain yang beliau kerjakan. Mereka kemudian memindahkan
kepada tabi’in yang kemudian juga menyampaikannya kepada generasi sesudah
mereka. Semua itu membentuk sejumlah besar materi sunnah, khususnya berkenaan
dengan bimbingan beliau mengenai ibadah dan muamalah serta jejak beliau.
Sebagai contoh riwayat Abdullah bin Umar, bahwa beliau melihat Rasul Saw, Abu
Bakar dan Umar berjalan di depan jenazah. Contoh lainnya adalah riwayat Ali bin
Abi Thalib yang berkata: “Sabda akhir Rasul Saw adalah:
اَلصَّلَاةُ, اَلصَّلَاةُ,
اِتَّقُوْاللهَ فِيْمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ
(Perhatikanlah) salat (kalian). Bertakwalah kepada Allah dalam
hal budak-budak yang kalian miliki.
Dari uraian di atas,
dapatlah kami tegaskan – dan kami merasa mantap dan tenang – bahwa Sunnah pada
masa Rasul Saw juga dihafal oleh para sahabat, berdampingan dengan hafalan
mereka terhadap Al-Quran. Meskipun jumlah yang dihafal oleh satu sahabat
berbeda dengan jumlah yang dihafal oleh sahabat lain. Ada diantara mereka yang “al-muktsir”
(yang terlalu banyak) menghafalnya, ada yang “al-muqill” (yang terlalu
sedikit). Oleh karena itu, kami tegaskan bahwa mereka telah bergumul dengan
sunnah dan menghafalnya dengan cara yang sangat baik serta menyampaikannya
kepada generasi sesudah mereka, yaitu tabi’in.
Dengan demikian tidak
terbayangkan semua sahabat mengabaikan sebagian sunnah, setelah kita
menyaksikan sejauh mana perhatian mereka, antusias mereka, metode yang tempuh
Rosul Saw dalam memberikan pengajaran kepada mereka dan cara-cara mereka
mendapatkannya. Sunggun tak terbayangkan mereka semua mengabaikan sebagian
sunnah Rasul Saw karena mereka selalu dekat dengan beliau, selama lebih dari 20
tahun, sebelum dan sesudah hijarah. Mereka menghafal dari beliau sabda-sabda
dan perbuatan-perbuatan beliau, bahkan tidur dan jaga, gerak dan diam, umbaran
dan larangan, cara bicara, makan dan minum, cara bergaul dengan keluarga, cara
mendidik pekerti luhur, surat-surat kepada kaum Muslimin dan Musyrikin,
janji-janji dan akad-akad, lirikan, pernafasan, dan segala sifat beliau. Ini
selain hukum-hukum syariat yang mereka hafal dari beliau dan selain ibadah,
halal dan haram yang mereka tanyakan kepada beliau atau yang mereka laporkan
dari beliau. Para ahli hadits meriwayatkan semua itu dengan sangat teliti dan
dapat dipertanggungjawabkan.[1]
No comments:
Post a Comment